artikel tentang jazz di indonesia
oleh: *Pradipto Niwandhono*
Tulisan singkat ini, sejujurnya, lahir dari kegelisahan penulis sebagai
seorang penggemar dan pemerhati musik jazz, oleh masih sangat minimnya
perhatian masyarakat, terutama Indonesia, terhadap jenis musik ini.
Seperti halnya musik klasik, sebagian besar orang memang cenderung
menganggap jenis musik ini terlalu berat, abstrak, dan sulit untuk
dicerna. Disamping itu, jazz acap kali distereotipkan sebagai musik kaum
elite atau kaum gedongan, walaupun kenyataannya di kalangan ?gedongan?
sendiri, sebenarnya penggemar ataupun penikmat musik jazz masih
merupakan golongan minoritas. Bahkan di kalangan kaum muda dewasa ini
sudah umum dijumpai anggapan bahwa jazz adalah ?musik orang tua yang
membosankan dan membuat kita mengantuk?.
seorang penggemar dan pemerhati musik jazz, oleh masih sangat minimnya
perhatian masyarakat, terutama Indonesia, terhadap jenis musik ini.
Seperti halnya musik klasik, sebagian besar orang memang cenderung
menganggap jenis musik ini terlalu berat, abstrak, dan sulit untuk
dicerna. Disamping itu, jazz acap kali distereotipkan sebagai musik kaum
elite atau kaum gedongan, walaupun kenyataannya di kalangan ?gedongan?
sendiri, sebenarnya penggemar ataupun penikmat musik jazz masih
merupakan golongan minoritas. Bahkan di kalangan kaum muda dewasa ini
sudah umum dijumpai anggapan bahwa jazz adalah ?musik orang tua yang
membosankan dan membuat kita mengantuk?.
Munculnya /imej/ bagi jazz yang kurang menguntungkan ini berpangkal pada
sebuah pengertian yang dominan bahwa fungsi utama musik adalah untuk
menghibur dan memberikan kepuasan kepada khalayak, dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Adanya perkembangan teknologi, yaitu munculnya
alat perekam suara pada akhir abad ?19 telah mengakibatkan pergeseran
besar dalam seni musik dunia : jika pada awalnya musik merupakan
ekspresi murni perasaan manusia maka kini musik menjadi produk industri
rekaman dan komoditas dagang. Kapitalisme industri musik juga telah
menggeser musik-musik lama yang menunjukkan identitas kultural
masing-masing etnis / bangsa di dunia, dan sebagai gantinya muncullah
jenis musik baru yang mengatasi dan meluruhkan perbedaan-perbedaan
kultural yang ada, yaitu apa yang disebut ?musik populer?. Tanpa
mengesampingkan kreativitas dari musisi pop (hanya sebagian kecil musisi
pop memiliki kreativitas orisinal !), sesungguhnya tidak sedikit
komposisi pop merupakan bentuk-bentuk yang terstandarisasi atau
reproduksi dari trend-trend sesaat, dan fenomena ini cenderung
berlangsung secara global.
sebuah pengertian yang dominan bahwa fungsi utama musik adalah untuk
menghibur dan memberikan kepuasan kepada khalayak, dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Adanya perkembangan teknologi, yaitu munculnya
alat perekam suara pada akhir abad ?19 telah mengakibatkan pergeseran
besar dalam seni musik dunia : jika pada awalnya musik merupakan
ekspresi murni perasaan manusia maka kini musik menjadi produk industri
rekaman dan komoditas dagang. Kapitalisme industri musik juga telah
menggeser musik-musik lama yang menunjukkan identitas kultural
masing-masing etnis / bangsa di dunia, dan sebagai gantinya muncullah
jenis musik baru yang mengatasi dan meluruhkan perbedaan-perbedaan
kultural yang ada, yaitu apa yang disebut ?musik populer?. Tanpa
mengesampingkan kreativitas dari musisi pop (hanya sebagian kecil musisi
pop memiliki kreativitas orisinal !), sesungguhnya tidak sedikit
komposisi pop merupakan bentuk-bentuk yang terstandarisasi atau
reproduksi dari trend-trend sesaat, dan fenomena ini cenderung
berlangsung secara global.
Dalam hal ini patut diperhatikan bahwa musik jazz muncul sebagai
peralihan dari musik ?tradisional? menuju musik ?populer?. Pada awal
perkembangannya, jazz dapat diketegorikan sebagai sebuah contoh musik
tradisi, dimana musik ini sangat mewakili ekspresi dan kultur masyarakat
kulit hitam di Amerika Serikat. Sebagai musik yang mewakili sebuah
masyarakat yang terdiskriminasi, maka perkembangan jenis musik ini juga
akan mengalami nasib kurang lebih sama. Timbulnya aliran swing pada
dekade 1930-an membawa perubahan penting dalam cara orang memandang
musik ini, yang akhirnya berpengaruh pada pengkategorian posisi jazz di
antara berbagai musik lain. Era swing ditandai dengan munculnya jazz
band dengan jumlah pemain yang besar (big band), yang dapat dilihat
sebagai sebuah bentuk orkestrasi ala Eropa yang diaplikasikan dalam
jazz, walaupun tetap mempertahankan ciri-ciri pokoknya, seperti
improvisasi, sinkopasi dan /blue note/ (nada yang merendah pada not
ketiga dan ketujuh, merupakan ciri khas musik blues dan jazz). Dengan
perkembangan tersebut, jazz tidak lagi dianggap musik ?barbar? karena
identik dengan orang kulit hitam. Pada masa itu, jazz bahkan telah
menjadi musik populer, dengan irama swing-nya yang cocok untuk berdansa,
dan pada masa itu pula jazz mulai menyebar ke belahan dunia lain seperti
Eropa ataupun Asia. Tidak sedikit komposisi-komposisi jazz dari musisi
handal semacam *George Gershwin, Cole Porter *atau* Duke Ellington
*diangkat menjadi /soundtrack/ film, dan komposisi-komposisi tersebut
sebenarnya merupakan lagu pop pada zamannya.
peralihan dari musik ?tradisional? menuju musik ?populer?. Pada awal
perkembangannya, jazz dapat diketegorikan sebagai sebuah contoh musik
tradisi, dimana musik ini sangat mewakili ekspresi dan kultur masyarakat
kulit hitam di Amerika Serikat. Sebagai musik yang mewakili sebuah
masyarakat yang terdiskriminasi, maka perkembangan jenis musik ini juga
akan mengalami nasib kurang lebih sama. Timbulnya aliran swing pada
dekade 1930-an membawa perubahan penting dalam cara orang memandang
musik ini, yang akhirnya berpengaruh pada pengkategorian posisi jazz di
antara berbagai musik lain. Era swing ditandai dengan munculnya jazz
band dengan jumlah pemain yang besar (big band), yang dapat dilihat
sebagai sebuah bentuk orkestrasi ala Eropa yang diaplikasikan dalam
jazz, walaupun tetap mempertahankan ciri-ciri pokoknya, seperti
improvisasi, sinkopasi dan /blue note/ (nada yang merendah pada not
ketiga dan ketujuh, merupakan ciri khas musik blues dan jazz). Dengan
perkembangan tersebut, jazz tidak lagi dianggap musik ?barbar? karena
identik dengan orang kulit hitam. Pada masa itu, jazz bahkan telah
menjadi musik populer, dengan irama swing-nya yang cocok untuk berdansa,
dan pada masa itu pula jazz mulai menyebar ke belahan dunia lain seperti
Eropa ataupun Asia. Tidak sedikit komposisi-komposisi jazz dari musisi
handal semacam *George Gershwin, Cole Porter *atau* Duke Ellington
*diangkat menjadi /soundtrack/ film, dan komposisi-komposisi tersebut
sebenarnya merupakan lagu pop pada zamannya.
Perkembangan jazz yang semakin mengarah pada musik hiburan tersebut
menimbulkan reaksi di kalangan musisi jazz kulit hitam. Beberapa
diantaranya seperti *Charlie Parker *dan* Dizzy Gillespie *lantas
memperkenalkan bebop, sebuah style baru dalam jazz pada sekitar akhir
dekade 1940-an. Kemunculan bebop ini sering disebut sebagai revolusi
dalam musik jazz, karena konon para eksponennya memiliki sebuah spirit
baru yang bertujuan mengembalikan jazz pada hakikatnya sebagai musik
?seni? khas kaum negro. Aliran baru ini ditandai dengan berkembangnya
formasi band / combo secara lebih minimalis dengan konsekuensi semakin
luasnya ruang bagi improvisasi solo masing-masing pemain. Disamping gaya
swing dengan formasi big band-nya, bebop dan beberapa variasi yang
muncul kemudian (hard bop, cool jazz, dan sebagainya) menjadi aliran
utama (mainstream) dan pusat dari perkembangan jazz dunia hingga masa kini.
Semenjak ?revolusi? bebop, jazz agaknya cenderung berkembang menjadi
sebuah genre yang lebih eksklusif daripada sebelumnya dan makin tampak
terpisah dari berbagai jenis musik lain. Memang, jazz kemudian
benar-benar berkembang menjadi sebuah musik ?seni? dengan tingkat
kesulitan tinggi sebagaimana halnya musik klasik. Pada masa-masa
sekarang ini akan lebih banyak dijumpai musisi jazz jebolan
sekolah-sekolah musik, walaupun kenyataannya para dedengkot awal jazz
hampir semuanya belajar bermusik secara otodidak. Sebagai sebuah genre
musik yang makin membutuhkan keseriusan, maka tidak mengherankan apabila
jazz mulai agak dijauhi khalayak. Apalagi pada saat itu, trend rock?n
roll makin merajai blantika musik populer dunia. Jika pada tahun
1940-an, jazz dapat dijumpai pada komunitas tempat hiburan umum dan
pesta-pesta dansa, sejak sekitar tahun 1950 dan selanjutnya akan terasa
?bergeser? menuju komunitas intelektual dan akademisi, dimana mereka
semakin cenderung memperlakukan musik ini seakan sebuah ?disiplin ilmu?
tersendiri. Jika ditelaah lebih lanjut, adanya revolusi bebop setidaknya
membawa beberapa dampak positif : Pertama, di tengah iklim rasialisme
yang masih kuat hingga tahun 1960-an (ingat kasus tertembaknya *Martin
Luther King*, pejuang kulit hitam AS pada tahun 1968 !), jazz mulai
dikategorikan sebagai bagian dari ?budaya tinggi?, disaat musik rock
yang diangkat kaum kulit putih justru lebih menjadi bagian dari ?budaya
massa?. Kedua, dengan sedikit melepaskan diri dari bentuk orkestrasi ala
swing akan memungkinkan para musisi jazz melakukan eksplorasi-eksplorasi
baru dengan mengadaptasikan unsur dari musik-musik yang dianggap dapat
memperkaya jazz. Tanpa bebop, mungkin tidak akan pernah ada jazz fusion,
avant garde atau world music yang mengeksplorasi musik-musik etnis dari
berbagai belahan dunia.
menimbulkan reaksi di kalangan musisi jazz kulit hitam. Beberapa
diantaranya seperti *Charlie Parker *dan* Dizzy Gillespie *lantas
memperkenalkan bebop, sebuah style baru dalam jazz pada sekitar akhir
dekade 1940-an. Kemunculan bebop ini sering disebut sebagai revolusi
dalam musik jazz, karena konon para eksponennya memiliki sebuah spirit
baru yang bertujuan mengembalikan jazz pada hakikatnya sebagai musik
?seni? khas kaum negro. Aliran baru ini ditandai dengan berkembangnya
formasi band / combo secara lebih minimalis dengan konsekuensi semakin
luasnya ruang bagi improvisasi solo masing-masing pemain. Disamping gaya
swing dengan formasi big band-nya, bebop dan beberapa variasi yang
muncul kemudian (hard bop, cool jazz, dan sebagainya) menjadi aliran
utama (mainstream) dan pusat dari perkembangan jazz dunia hingga masa kini.
Semenjak ?revolusi? bebop, jazz agaknya cenderung berkembang menjadi
sebuah genre yang lebih eksklusif daripada sebelumnya dan makin tampak
terpisah dari berbagai jenis musik lain. Memang, jazz kemudian
benar-benar berkembang menjadi sebuah musik ?seni? dengan tingkat
kesulitan tinggi sebagaimana halnya musik klasik. Pada masa-masa
sekarang ini akan lebih banyak dijumpai musisi jazz jebolan
sekolah-sekolah musik, walaupun kenyataannya para dedengkot awal jazz
hampir semuanya belajar bermusik secara otodidak. Sebagai sebuah genre
musik yang makin membutuhkan keseriusan, maka tidak mengherankan apabila
jazz mulai agak dijauhi khalayak. Apalagi pada saat itu, trend rock?n
roll makin merajai blantika musik populer dunia. Jika pada tahun
1940-an, jazz dapat dijumpai pada komunitas tempat hiburan umum dan
pesta-pesta dansa, sejak sekitar tahun 1950 dan selanjutnya akan terasa
?bergeser? menuju komunitas intelektual dan akademisi, dimana mereka
semakin cenderung memperlakukan musik ini seakan sebuah ?disiplin ilmu?
tersendiri. Jika ditelaah lebih lanjut, adanya revolusi bebop setidaknya
membawa beberapa dampak positif : Pertama, di tengah iklim rasialisme
yang masih kuat hingga tahun 1960-an (ingat kasus tertembaknya *Martin
Luther King*, pejuang kulit hitam AS pada tahun 1968 !), jazz mulai
dikategorikan sebagai bagian dari ?budaya tinggi?, disaat musik rock
yang diangkat kaum kulit putih justru lebih menjadi bagian dari ?budaya
massa?. Kedua, dengan sedikit melepaskan diri dari bentuk orkestrasi ala
swing akan memungkinkan para musisi jazz melakukan eksplorasi-eksplorasi
baru dengan mengadaptasikan unsur dari musik-musik yang dianggap dapat
memperkaya jazz. Tanpa bebop, mungkin tidak akan pernah ada jazz fusion,
avant garde atau world music yang mengeksplorasi musik-musik etnis dari
berbagai belahan dunia.
Pada masa-masa belakangan, semakin tampak bahwa musik jazz senantiasa
kontradiktif dengan musik populer (rock dan pop), dimana jika seseorang
menjadi penggemar salah satu jenis musik ini biasanya akan menolak yang
lainnya. Yang kurang diketahui umum adalah bahwa kedua jenis musik
tersebut memiliki hubungan satu sama lain yang saling mempengaruhi.
Bukankah jazz maupun rock tumbuh dari akar yang sama, yakni blues ?
Mungkin tidak banyak orang yang tahu bahwa lagu-lagu *The Beatles* telah
banyak dibawakan oleh para musisi jazz sebagai lagu standar. Atau bahwa
*Sting*, pentolan grup /New Wave/ era 80-an, *The Police*, adalah juga
seorang musisi jazz yang handal. Akibat interaksi antara jazz dan
musik-musik hiburan terbukti telah melahirkan berbagai sintesis baru
yang memperkaya nuansa baik dalam jazz maupun rock. Bagi para musisi pop
atau rock yang mengadopsi elemen jazz akan memberi mereka suatu nilai
lebih karena dengan demikian akan dianggap lebih bermutu, sementara
sebaliknya bagi kalangan musisi jazz, dengan mengadopsi unsur musik
populer akan menyebabkan karya mereka lebih memiliki daya jual.
kontradiktif dengan musik populer (rock dan pop), dimana jika seseorang
menjadi penggemar salah satu jenis musik ini biasanya akan menolak yang
lainnya. Yang kurang diketahui umum adalah bahwa kedua jenis musik
tersebut memiliki hubungan satu sama lain yang saling mempengaruhi.
Bukankah jazz maupun rock tumbuh dari akar yang sama, yakni blues ?
Mungkin tidak banyak orang yang tahu bahwa lagu-lagu *The Beatles* telah
banyak dibawakan oleh para musisi jazz sebagai lagu standar. Atau bahwa
*Sting*, pentolan grup /New Wave/ era 80-an, *The Police*, adalah juga
seorang musisi jazz yang handal. Akibat interaksi antara jazz dan
musik-musik hiburan terbukti telah melahirkan berbagai sintesis baru
yang memperkaya nuansa baik dalam jazz maupun rock. Bagi para musisi pop
atau rock yang mengadopsi elemen jazz akan memberi mereka suatu nilai
lebih karena dengan demikian akan dianggap lebih bermutu, sementara
sebaliknya bagi kalangan musisi jazz, dengan mengadopsi unsur musik
populer akan menyebabkan karya mereka lebih memiliki daya jual.
Munculnya berbagai bentuk sintesis antara jazz dan musik hiburan ini
sering menjadi bahan perdebatan di kalangan kritikus musik, mengenai
pengkategorian yang menjadi semakin kabur karenanya. Sejak sekitar tahun
1980-an, berbagai aliran baru ini diberi nama /Adult Contemporary/ (AC),
agaknya untuk menunjukkan bahwa musik ini ditujukan untuk kalangan usia
tertentu yang dianggap telah ?dewasa?, biasanya usia 30 tahun ke atas..
sering menjadi bahan perdebatan di kalangan kritikus musik, mengenai
pengkategorian yang menjadi semakin kabur karenanya. Sejak sekitar tahun
1980-an, berbagai aliran baru ini diberi nama /Adult Contemporary/ (AC),
agaknya untuk menunjukkan bahwa musik ini ditujukan untuk kalangan usia
tertentu yang dianggap telah ?dewasa?, biasanya usia 30 tahun ke atas..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar